MAKALAH PSIKOLOGI TENTANG PENGEMBANGAN BAKAT OLAHRAGA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata tergolong memiliki bakat istimewa.
Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama.
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Non Akademik Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Memahami bagaimana cara pengembangan bakat yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus
1.3 Manfaat dan Kegunaan Penulisan
Adapun Manfaat penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. mahasiswa memahami jenis dan karakteristik anak berbakat yang dihadapi anak.
2. Mahasiswa memahami cara pengembangan bakat anak Berkebutuhan khusus
BAB II
PENGEMBANGAN BAKAT OLAHRAGA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
2.1 Pengertian Anak Berbakat
Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:
1. Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly
2. Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.
3. Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat
berbeda dengan anak pintar. "Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar
bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun
namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat.
"Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat
apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang." "Sebaliknya,
jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan
berkembang." Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat
musik, bakatnya akan terpendam," jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi UI ini.
Pada anak hiperaktif, Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi, hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual. Aktivitasnya pun sering tanpa tujuan."
Kendati dia suka bertanya, tapi tak berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain yang menarik perhatiannya. Lain hal dengan anak berbakat. "Jika ia lari ke sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri mengerjakan sesuatu," hal ini menurut Ketua Yayasan Indonesia
untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat ini.
Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.
2.2 Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam
berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri.
Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan
lalu-lintas, tv, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain.
Untuk memahami siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:
Karakteristik belajar
• Belajar lebih cepat dan lebih mudah
• Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
• Mengetahu banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
• Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
• Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
• Terampil dalam memcahkan masalah
• Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
• Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
Karakteristik Motivasi
• Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
• Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
• Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya
Karaktersitik Kreativitas
• Sensitif terhadap estetika
• Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
• Spontan dalam mengekresikan rasa humor
• Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem
Karakteristik Sosial-emosional:
• Memiliki rasa percaya diri yang kuat
• Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
• Cenderung perpfeksionis
• Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru
2.3 Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian
1.Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?
2.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?
3.Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?
4.Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?
5.Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?
2.4 kebutuhan belajar siswa berbakat
Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:
1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas,
2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.
Oleh karena itu pembelajaran bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup.
Strategi Pembelajaran yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif
Dunia membutuhkan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan solusi inovatif dalam memecahkan masalah. Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan dsb. Meskipun demikian berpikir kreatif itu sangat penting untuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar.
Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional.
2.5 Pengembangan bakat
Jalur Inklusi (Siswa berkebutuhan khusus) dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah mempertimbangakan pengembangan bakat keistimewaan kecerdasan dan bakat istimewa.
Untuk Kategori Bakat Istimewa (BI)
a. Ruang kelas Bakat Istimewa (BI) berdiri sendiri yang khusus berisi anak-anak dengan layanan kebutuhan khusus yang proporsional fokusnya pada pengembangan seni dan olahraga (tidak dicampur dengan reguler) representatif.
b. Berisi minimal 16 siswa dan maksimal 24 siswa.
c. Ruang kelas hanya berisi siswa yang spesial mempunyai Bakat Istimewa (BI) dalam bidang seni (tari, musik, lukis) dan olahraga (Bola basket, Bola Volly, Futsal, Tenis Lapangan dll).
d. Sarana olahraga lengkap (area + fasilitas milik sendiri) khusus bidang olahraga meliputi: Bola Basket, Bola Volly, Tenis Lapangan, Futsal.
e. Sanggar seni lengkap khusus bidang tari (REYOG), Teather, seni lukis dan studio musik milik sendiri.
f. Setiap event atau kompetisi di bidang olah raga dan seni difasilitasi oleh sekolah (biaya bimbingan dan penghargaan).
Target :
Terbentuknya siswa-siswi yang mempunyai keunggulan seni-olahraga-kesantunan prilaku dan berprestasi dalam bidang tersebut.
2.5 Upaya untuk pengembangan bakat anak berkebutuhan Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik. Hal yang bisa dilakukan orangtua dirumah adalah sebagai berikut:
•Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
•Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
•Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
•Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
•Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya? Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
•Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Hal yang Harus Diwaspadai oleh Orang Tua
Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.
Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka. Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
2. Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
3. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
4. Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.
Dengan demikian, sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
(1) Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
(2) Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
(3) Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
(4) Sampaikan materi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Materi harus yang dibutuhkan anak, bukan yang diinginkan orang tua. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang positif jika tidak disampaikan pada situasi yang tepat. Sampaikan materi secara efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau bercerita. Sesekali tinggalkan status orang tua yang melekat pada kita, misalnya berubah menjadi badut, tukang sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
(5) Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.
Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan membantu anak dengan cara-cara yang disukai anak, bukan dengan hukuman atau omelan yang bisa merusak hubungan harmonis anak dengan orang tua. Keberhasilan anak tidak saja berasal dari usaha yang dilakukan anak, tetapi juga bergantung pada orang tua dan lingkungan di sekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Memahami bakat anak merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya. Tetapi tahukah kita batasan-batasan tentang keberbakatan itu sendiri dan apa tantangan yang dihadapai dalam mengarahkannya? Apakah anak kita benar berbakat di bidang tertentu atau tidak? Apa yang orang tua dapat lakukan untuk mengenali dan mengembangkan bakat anaknya. Dan apa yang harus diwaspadai agar usaha yang kita lakukan tidak berbuah simalakama.
Ketika bakat anak ditemukan, orang tua seyogyanya memberi peluang pada anak untuk
mengembangkan bakatnya. Yakni, dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu. sekalipun seorang anak berbakat namun lingkungannya tak mendukung, maka ia tak akan berkembang. "Memang anak berbakat akan belajar lebih cepat dan melakukan segala sesuatu lebih baik ketimbang anak biasa, sehingga tampaknya tak perlu mendapatkan perhatian khusus. Padahal tidak demikian apakah ia berbakat atau tidak, punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang menarik dan menantang. Tapi karena kebutuhan, minat, dan
perilaku yang "lebih" dibanding anak lainnya, mau tak mau, anak berbakat harus
mendapatkan pengarahan khusus. Hanya, jangan sampai perlakuan khusus itu merugikan. Baik bagi si anak itu sendiri maupun anak lain. Misalnya, orang tua sering menonjol-nonjolkan anaknya yang berbakat dibanding anaknya yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Namun seringkali kita melihat perkembangan prestasi anak yang ternyata tergolong memiliki bakat istimewa.
Setiap individu hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, minatnya, latar belakang dan lingkungan fisik serta sosial masing-masing siswa maka kemajuan belajar siswa yang setingkat (sekelas) mungkin tidak sama.
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Non Akademik Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Memahami bagaimana cara pengembangan bakat yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus
1.3 Manfaat dan Kegunaan Penulisan
Adapun Manfaat penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. mahasiswa memahami jenis dan karakteristik anak berbakat yang dihadapi anak.
2. Mahasiswa memahami cara pengembangan bakat anak Berkebutuhan khusus
BAB II
PENGEMBANGAN BAKAT OLAHRAGA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
2.1 Pengertian Anak Berbakat
Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:
1. Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly
2. Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.
3. Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat
berbeda dengan anak pintar. "Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar
bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun
namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat.
"Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat
apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang." "Sebaliknya,
jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan
berkembang." Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat
musik, bakatnya akan terpendam," jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi UI ini.
Pada anak hiperaktif, Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi, hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual. Aktivitasnya pun sering tanpa tujuan."
Kendati dia suka bertanya, tapi tak berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain yang menarik perhatiannya. Lain hal dengan anak berbakat. "Jika ia lari ke sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri mengerjakan sesuatu," hal ini menurut Ketua Yayasan Indonesia
untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat ini.
Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.
2.2 Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam
berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri.
Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan
lalu-lintas, tv, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain.
Untuk memahami siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:
Karakteristik belajar
• Belajar lebih cepat dan lebih mudah
• Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
• Mengetahu banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
• Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
• Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
• Terampil dalam memcahkan masalah
• Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
• Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
Karakteristik Motivasi
• Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
• Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
• Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya
Karaktersitik Kreativitas
• Sensitif terhadap estetika
• Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
• Spontan dalam mengekresikan rasa humor
• Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem
Karakteristik Sosial-emosional:
• Memiliki rasa percaya diri yang kuat
• Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
• Cenderung perpfeksionis
• Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru
2.3 Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian
1.Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?
2.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?
3.Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?
4.Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?
5.Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?
2.4 kebutuhan belajar siswa berbakat
Merujuk kepada konsep keberbakatan yang menggunakan perspektif yang lebih inklusif dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan belajar siswa berbakat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:
1) kebutuhan dalam mengembangankan kemampuan intelektual dan kreatifitas,
2) kebutuhan dalam mengembangkan aspek sosial-emosional dan motivasi.
Oleh karena itu pembelajaran bagi siswa berbakat seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabaikan dalam pembelajaran termasuk pembelajar siswa berbakat dalam hal pengembangan kreativitas dan sosial-emosional. Pembelajaran biasanya lebih banyak mengembangkan aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi karena guru dalam melakukan pembelajaran sering terburu-buru dan kehabisan waktu untuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreativitas anak jarang tersentuh. Maka menjadi tidak mengherankan, jika pendidikan kita hanya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi tantangan hidup.
Strategi Pembelajaran yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif
Dunia membutuhkan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan solusi inovatif dalam memecahkan masalah. Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan dsb. Meskipun demikian berpikir kreatif itu sangat penting untuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu sangat penting untuk menginisiasi keterampilan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan itu proses belajar bersifat aktif dalam menciptakan dan mencipta kembali pengetahuan melalui tindakan dalam lingkungan, sehingga pengetahuan menjadi milik orang yang belajar. Belajar bukan menerima pengetahuan dari guru melainkan mengkonstruksi sendiri pengetahuan oleh yang belajar.
Siswa berbakat sering merasa bosan dalam mengerjakan tugas-tugas karena mereka menganggap tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-tugas untuk siswa yang mempunyai kemampuan tinggi diberikan dalam bentuk project work, baik individual project work maupun group project work, yang berhubgungan dengan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work bersifat pemecahan masalah yang menantang. Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyelesaian soal-soal yang bersifat tradisional.
2.5 Pengembangan bakat
Jalur Inklusi (Siswa berkebutuhan khusus) dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah mempertimbangakan pengembangan bakat keistimewaan kecerdasan dan bakat istimewa.
Untuk Kategori Bakat Istimewa (BI)
a. Ruang kelas Bakat Istimewa (BI) berdiri sendiri yang khusus berisi anak-anak dengan layanan kebutuhan khusus yang proporsional fokusnya pada pengembangan seni dan olahraga (tidak dicampur dengan reguler) representatif.
b. Berisi minimal 16 siswa dan maksimal 24 siswa.
c. Ruang kelas hanya berisi siswa yang spesial mempunyai Bakat Istimewa (BI) dalam bidang seni (tari, musik, lukis) dan olahraga (Bola basket, Bola Volly, Futsal, Tenis Lapangan dll).
d. Sarana olahraga lengkap (area + fasilitas milik sendiri) khusus bidang olahraga meliputi: Bola Basket, Bola Volly, Tenis Lapangan, Futsal.
e. Sanggar seni lengkap khusus bidang tari (REYOG), Teather, seni lukis dan studio musik milik sendiri.
f. Setiap event atau kompetisi di bidang olah raga dan seni difasilitasi oleh sekolah (biaya bimbingan dan penghargaan).
Target :
Terbentuknya siswa-siswi yang mempunyai keunggulan seni-olahraga-kesantunan prilaku dan berprestasi dalam bidang tersebut.
2.5 Upaya untuk pengembangan bakat anak berkebutuhan Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik. Hal yang bisa dilakukan orangtua dirumah adalah sebagai berikut:
•Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
•Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
•Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
•Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
•Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya? Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
•Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Hal yang Harus Diwaspadai oleh Orang Tua
Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.
Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka. Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
2. Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
3. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
4. Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.
Dengan demikian, sebaiknya yang dapat dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
(1) Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
(2) Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
(3) Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
(4) Sampaikan materi sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, kemampuan dan bakat anak. Materi harus yang dibutuhkan anak, bukan yang diinginkan orang tua. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang positif jika tidak disampaikan pada situasi yang tepat. Sampaikan materi secara efektif, yakni dengan bermain, bernyanyi, atau bercerita. Sesekali tinggalkan status orang tua yang melekat pada kita, misalnya berubah menjadi badut, tukang sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita.
(5) Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.
Orang tua cukup mengarahkan dengan benar dan membantu anak dengan cara-cara yang disukai anak, bukan dengan hukuman atau omelan yang bisa merusak hubungan harmonis anak dengan orang tua. Keberhasilan anak tidak saja berasal dari usaha yang dilakukan anak, tetapi juga bergantung pada orang tua dan lingkungan di sekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN
Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Memahami bakat anak merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya. Tetapi tahukah kita batasan-batasan tentang keberbakatan itu sendiri dan apa tantangan yang dihadapai dalam mengarahkannya? Apakah anak kita benar berbakat di bidang tertentu atau tidak? Apa yang orang tua dapat lakukan untuk mengenali dan mengembangkan bakat anaknya. Dan apa yang harus diwaspadai agar usaha yang kita lakukan tidak berbuah simalakama.
Ketika bakat anak ditemukan, orang tua seyogyanya memberi peluang pada anak untuk
mengembangkan bakatnya. Yakni, dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan bakat itu. sekalipun seorang anak berbakat namun lingkungannya tak mendukung, maka ia tak akan berkembang. "Memang anak berbakat akan belajar lebih cepat dan melakukan segala sesuatu lebih baik ketimbang anak biasa, sehingga tampaknya tak perlu mendapatkan perhatian khusus. Padahal tidak demikian apakah ia berbakat atau tidak, punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang menarik dan menantang. Tapi karena kebutuhan, minat, dan
perilaku yang "lebih" dibanding anak lainnya, mau tak mau, anak berbakat harus
mendapatkan pengarahan khusus. Hanya, jangan sampai perlakuan khusus itu merugikan. Baik bagi si anak itu sendiri maupun anak lain. Misalnya, orang tua sering menonjol-nonjolkan anaknya yang berbakat dibanding anaknya yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, awadl, Dr. (1993). Manfaat Dan Mudarat Televisi, Fikahati Anska, Jakarta
Chen, Milton. (2005). Mendampingi Anak Menonton Telivisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
__________ (1997). Undang–Undang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta
Amin, Ahmad, (1968). Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.
Bakar Atjeh, Abu (1963). Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.
Umary, Barmawie, Drs. (1966), Materia akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta
Chen, Milton. (2005). Mendampingi Anak Menonton Telivisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
__________ (1997). Undang–Undang Penyiaran No. 24 Tahun 1997, Sinar Gratika, Jakarta
Amin, Ahmad, (1968). Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta.
Bakar Atjeh, Abu (1963). Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.
Umary, Barmawie, Drs. (1966), Materia akhlak, Cv. Ramadani, Yogyakarta
Om rudi,http://omrudi.blogspot.com 22,januari 2011
Komentar
Posting Komentar